“Patriae solum omnibus carum est. Bagi banyak orang bumi tanah air sangatlah berharga”.
Pada tahun 50-60 lagu “Tanah Airku” ciptaan Ibu Sud sering sekali dinyanyikan minimal oleh murid-murid Sekolah Rakjat. Pada zaman itu masih ada mata pelajaran Menyanyi dan biasanya Bapak atau Ibu Guru mengajarkan lagu-lagu nasional, atau lagu-lagu populer yang berasal dari berbagai wilayah di Tanah Air. Sekali sebulan Bapak Ibu Guru menyuruh setiap murid untuk menyanyi di depan kelas, sebuah lagu yang ia kuasai. Dari situ kelihatan murid yang faham tangga nada dan murid yang sama sekali tidak faham. Banyaknya suara sumbang/fals dari para murid menandakan dengan amat jelas tingkat penahaman mereka tentang notasi sebuah lagu.
Lyrik lagu ciptaan Ibu Sud itu berbunyi sebagai berikut :
“Tanah air ku tidak kulupakan/
Kan kukenang selama hidupku/
Biarpun _saya_ pergi jauh/
Tidak kan hilang dari kalbu/
Tanah ku yang kucintai/
Engkau ku hargai/
Walaupun banyak negri kujalani/
Yang masyhur permai di kata orang/
Tetapi kampung dan rumahku/
Disanalah ku rasa senang/
Tanah ku tak kulupakan/
Engkau ku banggakan”
Ibu Sud, yang nama aslinya Saridjah Niung, lahir di Sukabumi tahun 1903 dan meninggal tahun 1993 adalah seorang pemusik, pencipta lagu anak-anak yang sangat terkenal. Lagu ini diciptakan tahun 1927 terinspirasi oleh tekad para warga bangsa yang menimba ilmu di luar negeri tetapi kemudian kembali ke tanah airnya bahkan mengaplikasikan ilmunya itu bagi masyarakat. Bahasa lagu ini sederhana, cukup dimengerti oleh anak-anak yang memiliki semangat nasionslisme yang tinggi. Memang ada juga pertanyaan terbersit dari pikiran kita setelah membaca ulang lyrik lagu itu. Misalnya mengapa pada bait kesatu baris ketiga digunakan kata ganti *saya* dan bukan *aku*; padahal dari segi melodi jika digunakan kata *aku* juga akan tetap bisa. Apakah penggunaan kata “saya” dianggap lebih “sopan” dibanding kata “aku” dalam konteks nyanyian tersebut ?
Namun bagaimanapun beragam pertanyaan mungkin bisa terbersit dari pemikiran kita, hal itu tidak mengecilkan apresiasi dan hormat kita kepada Ibu Sud yang.pada tahun 1927 jauh sebelum NKRI lahir, lagu Tanah Airku ini telah ikut menanamkan rasa cinta terhadap tanah air, bahkan dalam arti luas memperkuat semangat nasionalisme bangsa ini untuk menghargai dan membanggakan tanah air Indonesia yang Tuhan anugerahkan kepada bangsa ini. Para seniman : pencipta lagu, pelukis, penulis, penyair, pematung, akan punya peran besar lewat karya mereka untuk menggelorakan semangat warga bangsa mencintai negeri ini, memelihara dan merawat negeri ini sehingga seluruh warga bangsa dalam keragaman mereka masing masing nyaman dan aman hidup dan tinggal di negeri ini.
Para politisi, pemimpin parpol, pemimpin agama, birokrat, anggota parlemen, akademisi, ahli hukum dan setiap orang dari bangsa ini harus bekerja keras di bidangnya masing-masing, pada levelnya masing-masing menggelorakn cintanya bagi sebuah NKRI.yang aman, damai, sejahtera, adil, berkeadaban dan modern. Hal yang menarik adalah bahwa kita menggunakan istilah *tanah air* bukan motherland atau fatherland untuk menyebut tentang Indonesia. Istilah “tanah air” kita gunakan untuk menyebut seluruh bumi Indonesia yang terdiri dari darat dan lautan. Istilah ini didasarkan pada konsep Wawasan Nusantara yang terbentuk dari kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
Semua agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME yang hidup di negeri ini bangga dan cinta kepada tanah air Indonesia. Ayat-ayat dalam Kitab Suci Agama-agama dalam narasi yang beragam telah mengingatkan agar umat beragama cinta terhadap bangsa dan tanah airnya bahkan bekerja keras membangun bangsa dan negaranya. Pada era yang acap disebut “Tahun Politik”, tahun 2018 ini yang didalamnya warga bangsa akan melakukan Pilkada serentak, diteruskan dengan Pilpres 2019 kita semua, dalam kapasitas apapun kita, kita mesti menggelorakan kembali semangat untuk cinta Tanah Air; menghargai dan bangga kepada Tanah Air, Bangsa dan Negara RI.
Pepatah yang dikutip di awal bagian ini menyatakan “bagi banyak orang, bumi, tanah air, sangatlah berharga”. Sebagai bangsa yang majemuk kita bersama telah berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Dalam Tahun Politik ini mari kita buktikan cinta kita kepada Tanah Air dan Bangsa dengan mengembangkan sikap pisitif dan apresiatif terhadap seluruh komponen bangsa apapun afiliasi politiknya. Politik adalah seni bagaimana mengelola polis negeri dengan baik sehingga menghadirkan kemaslahatan bagi publik. Politik adalah medium, instrumen untuk menggapai kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera. Keberbedaan politik tidak boleh memisahkan kita sebagai warga bangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia. Mari berjalan bersama membangun NKRI yang berkemajuan, adil dan sejahtera. Tinggalkan ujaran kebencian, jangan terpukau oleh Hoax dan berjuang dengan fair, sesuai dengan moral, etik yang diajarkan agama-agama.
Selamat Berjuang. God Bless.
*Weinata Sairin.*